Bookmate Competitive Intelligence|Ad Analysis by SocialPeta

Bookmate Competitive Intelligence|Ad Analysis by SocialPeta

SocialPeta
SocialPeta

Competitive intelligence is the first step in our marketing intelligence work and one of the most important parts. Only when we understand the details of our competitors can we formulate a correct and effective marketing strategy.

In this report, SocialPeta analyzes the Bookmate's ad analysis from multiple aspects and helps you see the competitive intelligence of top grossing apps Bookmate.

Now, I'll tell you how to gain a competitive advantage by SocialPeta.

1. Basic Information of Bookmate

App Name : Bookmate

Logo

Bookmate-SocialPeta

OS : Android

Network : Facebook,Audience Network,Instagram

Developer : CalabMohan

Publisher : Instagram

Total creative ads during the time period : 540

Duration : 111

Popularity : 31,258

Check ASO Keywords of Bookmate

2. Bookmate’s Competitive Intelligence

what is competitive intelligence? Competitive intelligence is the most important part of our marketing. Only when we fully understand the overall situation of our competitors and the market can we make accurate judgments.

Before advertising, we usually use various tools, such as SocialPeta, to check the details of competitors' ads. In this report, we will analyze the recent advertising performance of advertiser Bookmate in detail to understand its advertising strategy.

Trend of Category

There are many types of creatives. We mainly analyze the trend of the ad creative category of Bookmate in the recent period. As of 2020-10-17, among the Bookmate‘s ad creative, the Html category's proportion is 0.0%, Video category's proportion is 0.0%, Playable Ads category's proportion is 0.0%, Image category's proportion is 100.0%, Carousel category's proportion is 0.0%.

Ad Network Analysis

The network that SocialPeta monitors can cover almost all mainstream channels in the world. Understanding the competitor's advertising channels is the first step in marketing work. According to the analysis of SocialPeta, we can see that in the date of 2020-10-17, Bookmate's the proportion of networks impressions are placed like this:

Facebook's proportion is 89.54%,

Audience Network's proportion is 10.46%,

's proportion is ,

's proportion is ,

's proportion is .

In the date of 2020-10-17, Bookmate‘s network with the most ads is Facebook and its proportion is 88.89%.

3. Top 3 Ad Creative Analysis of Bookmate

This is the detailed information of the top three ad creatives with the best performance among all ad creatives of Bookmate. We can see some advertising trends.

Top 1 Ad Creative of Bookmate

Ad Details :

Headline :“Pernikahan Kontrak”Bab yang lebih menarik menunggu Anda

Text :Prolog
"Wenda! Wenda! Aduh di mana gadis itu?!" seru seorang pria paruh baya dengan kesal. Pria paruh baya itu menggerutu sambil melihat jam kecil yang melingkar di tangan.
Seorang wanita yang mendengar nama temannya dipanggil segera menuju ke belakang menghampiri Wenda.
"Wenda, kamu dipanggil tuh sama ketua." ucapnya. Gadis bernama Wenda itu menoleh.
"Kelihatannya dia lagi kesal, apa kau membuat kesalahan?" Wenda menggeleng.
"Aku ke sana dulu ya." Wenda lalu berlari kecil menuju si pria paruh baya yang adalah atasan di tempatnya bekerja.
"Nah ini dia gadis yang kucari, kau dari mana saja aku puas mencarimu di semua tempat?!" marahnya pada Wenda.
"Maaf ketua, aku sedang sibuk di belakang," kata Wenda beralasan.
"Alah, selalu saja kau seperti ini tapi pekerjaanmu tak pernah ada yang beres!"Wenda terdiam dan menunduk.
"Pergi, siapkan kamar VVIP. Seorang presdir akan menginap di hotel kita. Cepat ini perintah atasan!"
"Tapi Ketua, bukankah pintu kamar VVIP macet?"
"Tidak, kau tinggal mendorongnya paksa baru terbuka. Ini kuncinya dan ingat kau harus menyelesaikan tugasmu dengan cepat. Kau mengerti?"
"Baik Ketua." Wenda segera berjalan menuju lift khusus untuk pegawai hotel menuju kamar VVIP.
Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Sultan, pintunya agak sedikit macet dan dengan tenaganya dia mendorong paksa. Usahanya berhasil, pintu terbuka lebar. Dia segera membersihkan tempat itu. Menyapu dan menganti seprai ranjang.
Membenah sedikit dan akhirnya selesai. Dia kembali turun ke lantai satu setelah dia mengunci pintu. "Ketua," Sultan menoleh pada Wenda yang berjalan menghampirinya.
"Sudah Ketua, ini kuncinya." lanjut Wenda sambil menyodorkan kunci itu. Sultan menerimanya dengan senyuman puas.
"Kau sudah membenah semuanya 'kan?"
"Sudah Ketua jangan khawatir."
"Nah gitu dong, kembali ke pekerjaanmu." Wenda membungkuk hormat pada Sultan dan akhirnya berjalan pergi ke belakang.
Mobil Limosin terparkir di teras hotel. Manajer dari hotel menyambut hangat seorang pria yang baru saja keluar dari mobil.
Tatapan berkarisma yang ditunjukkan oleh pria itu membuat dia menjadi pusat perhatian pengunjung hotel terutama kaum hawa. Mereka memberikan senyuman genit begitu si pria tak sengaja memalingkan muka ke arah mereka.
Si pria tamu VVIP bercakap-cakap sebentar dengan manajer kemudian Sultan selaku kepala pelayan mendekat untuk memberikan kunci kamar VVIP.
"Tuan, ini kunci hotel Anda silakan masuk dan bersantailah." kata Sultan rendah. Pria itu pun menerima kunci dan berjalan masuk ke lift.
Dilain tempat, Wenda melewati Dua orang pelayan yang tengah berbincang. "Hei lihat itu si gadis ceroboh," kata temannya pada temannya yang satu lagi.
Seorang wanita dengan papan nama Jennifer menengok pada Wenda menyunggingkan senyum kambing. "Aku heran sama si gadis ceroboh, kok bisa-bisanya ya dia itu sudah berulang kali melakukan kesalahan tapi masih diterima kerja sini."
"Aku bingung juga, apa Pak Sultan sudah diguna-guna ya sama dia." Cercaan teman Jennifer disambut derai tawa.
"Eh kita kerjain dia yuk," Dila-nama teman Jennifer, membuat lipatan di keningnya.
"Ayo, tapi bagaimana caranya," Jennifer tersenyum sinis.
"Oh aku punya cara." balasnya.
"Wenda," panggil Dila pada Wenda yang saat itu sedang berbincang. Wenda menoleh kepada Dila.

"Ya ada apa?" tanya Wenda.
"Mm, itu tamu VVIP kita ingin es krim kau bawakan untuk dia." perintah Dila sambil mengingat-ngingat. Nadanya pun tak lancar otomatis Wenda menautkan alis.

"Kalau begitu, aku tanya dulu pada Ketua ya?" Dila mendadak berkeringat dingin mendengar panggilan atasan mereka. Jika Wenda melaporkan perintahnya yang palsu pada Sultan, bisa-bisa dia dipecat.
"Jangan!" ucap Dila spontan kembali membuat Wenda heran.
"Kenapa?"
"Ke-ketua sebenarnya mau bilang sama kamu, tapi kamu setiap dipanggil susah banget dan karena Ketua punya banyak pekerjaan jadi dia ingin aku mengatakannya padamu." Wenda hanya mengangguk perlahan dan dengan bodohnya percaya pada perintah palsu.
Melihat Wenda pergi Dila tertawa sinis. "Hahaha,yes dia percaya!" Dila lalu pergi dari tempat itu menuju Jennifer yang menunggunya di belakang hotel.
"Bagaimana berhasil tidak?" tanya Jennifer penasaran.
"Sipp, dia percaya. Harusnya kau lihat tampang bodohnya yang percaya padaku." Jennifer tertawa puas mendengar kabar Wenda yang terjebak dalam perintah palsu mereka.
"Sekarang kita tunggu kabar saja mengenai pemecatan Wenda." ujar Jennifer menyeringai.
Sesuai dengan perintah palsu Dila, Wenda membawa segelas es krim untuk si tamu VVIP.

Tok, tok
"Pelayan," ucap Wenda. Namun tak ada sahutan dari dalam kamar. Wenda kembali mengetuk pintu untuk kedua kalinya termasuk mengucapkan kalimat pelayan.
Wenda mendengus kesal. Dia meraih kenop pintu dan menyentak kasar alhasil pintu terbuka tanda bahwa tak terkunci.

Dia lalu menutup pintu sesudah masuk ke dalam. "Permisi Tuan," ucap Wenda untuk kedua kali namun Wenda kembali kecewa karena masih tak ada jawaban. Suara shower cukup memberi jawaban pada Wenda kalau sang tamu sedang mandi.
Tampak sepasang pakaian yang disiapkan. "Mau apa kau?" Suara berat seorang pria mengejutkan Wenda.

Dia menoleh dan mendapati seorang pria memakai baju mandi. Wenda terpaku. Bukan tanpa alasan, Wenda baru pertama kali melihat seorang pria tampan.
Pikirnya di dunia ini tidak ada pria tampan seperti di dalam dongeng. Tapi melihat pria ini, pemikirannya langsung terpatahkan. "Kenapa kau masuk ke kamarku?" tanya pria itu dengan tatapan mengintimidasi.

Wenda yang awalnya terpaku, terkejut kemudian menunduk. "Maaf Tuan, bukannya saya lancang, tapi saya sudah mengetuk pintu anda berkali-kali tapi anda tak mendengarkannya."

"Lalu, kau seenaknya masuk ke dalam kamarku begitu?!" Wenda menggelengkan kepalanya dengan cepat dan memberanikan diri untuk menatap si pria.

"Maaf Tuan saya..."

"Pergi dari kamarku. Untuk tindakanmu yang tak sopan ini, aku akan memberitahukannya pada manajermu." Mendengar kata manajer, Wenda mendadak berkeringat dingin.

"Tapi Tuan saya..." Namun kesialan menimpanya. Kaki gadis berusia 22 tahun itu tergelincir hingga es krim yang dipegang oleh Wenda terlempar dari gelas dan jatuh mengenai baju mandi si pria.

Si pria terkejut sementara Wenda berwajah pucat. "Ma-maafkan saya Tuan." Wenda segera menaruh es krim tersebut di meja yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Dia lalu mengambil tisu yang berada di atas meja. Dia kembali mendekati pria itu untuk membersihkan noda es krim.

Belum sempat melarang, Wenda kekeh dengan pendiriannya. Akhirnya, apa yang dipikirkan oleh si tamu VVIP terjadi.

Bedanya kalau yang dari tadi Wenda bisa menjaga keseimbangannya, kali ini dia tak berhasil dan akhirnya terhuyung ke depan jatuh di dada bidang si pria tamu VVIP.

Saking kuatnya Wenda terjungkal, badan si pria terjatuh ke kasur beserta Wenda yang berada di atasnya. "Ma..." Wenda berhenti saat melihat mata si pria menatapnya tajam. Apalagi keduanya sangat dekat sekarang.

Brakk

Mereka berdua terkejut saat melihat beberapa pria masuk ke kamar dengan cara mendobrak pintu. Beberapa pria itu tampak terkejut melihat Wenda dan si tamu VVIP sedang dalam posisi yang tak enak dipandang. "Apa yang kalian lakukan berduaan di kamar hah?!" bentak seorang pria yang memiliki janggut.

Wenda menjauhi si pria dengan terburu-buru. "Kalian siapa? Kenapa kalian masuk ke dalam kamarku?" tanya si pria dengan wibawanya.

"Kami dari organisasi masyarakat Malaysia, kami mencurigai bahwa hotel ini menyediakan pekerja seks komersial ternyata benar dugaan kami." ujar salah seorang pria sambil menatap jijik pada Wenda yang merunduk ketakutan.

"Kalian salah paham, kami tak melakukan hal yang kalian pikirkan!" kata si pria dengan penuh penekanan membela diri.

"Kalau begitu kenapa pelayan wanita ini ada di kamarmu?" Si pria menatap pada Wenda yang masih diam.

"Dia hanya datang ke kamarku untuk memberikan es krim yang kupesan." Wenda mengangkat wajahnya sambil menatap tak percaya pada si pria yang kini matanya menatap semua orang.

'Kenapa dia membelaku? Bukannya dia bilang tak memesan es krim ini? Padahal dari tadi aku membuatnya marah.' desis batin Wenda sambil menatap tubuh belakang pria tamu VVIP.

"Lalu kenapa kalian bisa berada di ranjang?"

"Karena dia tergelincir dan tak sengaja menabrakku lalu kami sama-sama jatuh ke ranjang." jawab pria itu jujur.

"Heh?! Kau pikir kami akan percaya semudah itu ya?" Mata emerald milik si pria memincingkan matanya. Dia mulai tak sabaran.

"Lalu apa yang ingin aku lakukan untuk membuat kalian percaya padaku?" tanya si pria dengan pandangan mengintimidasi. Beberapa pria itu saling memandang satu sama lain. Ada beberapa juga yang berbisik-bisik.

"Kami sudah memutuskan, kalian harus menikah sesuai dengan peraturan kami." Menikah? Oh tidak Wenda tak ingin menikah. Kalau dia menikah siapa yang menghidupi kedua orang tua yang sudah tua dan adik-adiknya yang masih belajar?!

"Baiklah, aku akan menikahi dia." Si pria dengan mata emerald menatap padanya.

"Akan kubuktikan bahwa aku tak berbuat apa-apa dengan gadis ini." lanjut si pria.

1. Pernikahan Yang Tak Diinginkan

Kemarin adalah hari terburuk sepanjang masa hidupku. Bagaimana tidak? Hotel bintang lima yang menjadi tempat favoritku untuk beristirahat tiba-tiba saja penuh dan sialnya semua hotel mewah penuh hingga menyisakan hotel kelas rendahan.
Terpaksa aku booking di sana dan belum aku berehat untuk melepas penat, masalah kembali datang saat seorang gadis yang adalah pelayan di hotel tersebut membawakanku es krim.
Seumur hidupku, aku tak pernah meminta es krim di sebuah hotel. Memangnya aku anak kecil apa? Hei, aku Axton Denzel pemilik perusahaan internasional Denzel Company.
Belum habis masalah satunya, satu masalah datang lagi saat suatu ormas masuk dengan paksa di kamarku. Mereka mengira aku sedang bermain dengan wanita panggilan.
Hei! Ya, aku memang seorang pria yang kaya tapi aku tak mau menghabiskan uangku hanya demi memuaskan nafsuku. Karena terjebak dalam keadaan begitu rumit, aku akhirnya memutuskan untuk menikah dengan gadis yang bahkan aku tak kenal ini.
Aku pantang menjilat kembali ludahku, aku tak akan membiarkan harga diriku tercoreng hanya karena masalah sepele. Aku siap melakukan apapun.
Disaksikan oleh orang-orang ormas, aku mengikat janji suci dengan gadis yang baru kutahu namanya beberapa detik yang lalu. Pernikahan pun lancar dan tak ada kendala.
Sekilas kulihat gadis yang tampak gelisah. Sepertinya dia juga tertekan dengan pernikahan tiba-tiba ini dan aku yakin dia sama sepertiku. Tak menginginkan pernikahan ini.
Kedua mata emerald-ku melihatnya dari atas ke bawah. Kuakui, dia cantik juga saat memakai gaun di tambah dengan polesan make up membuat dia tampak memesona.
Tak sia-sia aku membayar jasa make up termahal di kota Kuala Lumpur ini. Hasilnya begitu mengagumkan. Aku kembali menatap para tetamu yang jumlahnya sedikit. Kenapa? Ini adalah pernikahanku yang tiba-tiba.
Tak ada persiapan sama sekali yang membuatku hanya mengundang beberapa tamu yang penting saja. Orang tuaku? Heh, untuk apa aku meminta mereka datang.
Mereka sama sekali tak pernah peduli padaku dan sibuk dengan keluarga masing-masing. Aku pun bisa menjadi seorang yang seperti ini karena didikan kakek dan nenekku yang sangat sayang padaku.
Sayangnya mereka sudah lama pergi meninggalkanku. Setelah acara resepsi usai, aku dan Wenda - kalau tak salah ya,menuju kamar hotel untuk beristirahat.
Malam ini adalah malam pertama kami sebagai pasangan. Akan tetapi, aku tak akan menyentuh dia malam ini. Aku tak mengenalnya begitu juga dia, apa pantas aku memaksanya untuk berhubungan intim?
Tidak, aku bukan tipe pemaksa wanita. Aku membuka dasiku sambil memandangnya yang tampak kikuk. Sesekali matanya melirik kearahku namun ketika aku menangkap tatapan matanya, dia segera membuang mukanya ke arah lain.
Aku menghela napas panjang melihat tingkahnya. "Jangan takut, aku tak akan menyentuhmu kok." Wenda menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan namun kuabaikan saja.
"Kita baru berkenalan dan tak mungkin aku memaksamu jadi santai saja." lanjutku sambil mengambil handuk untuk mandi. Hanya butuh beberapa menit untuk aku mandi dan kembali ke kamar.
Begitu aku membuka pintu, aku terkejut saat melihatnya berdiri di depan pintu. Gadis itu memegang handuk artinya dia ingin mandi.
Aku memberinya jalan dan tetap memasang muka datarku melewatinya. Sekilas lirikan mataku bisa melihat bahwa wajahnya merona. Apa mungkin karena melihatku yang telanjang dada ya?
Dia memasuki kamar mandi dan suara shower terdengar. Aku memakai piyamaku dan mengambil sebuah bantal dan selimut. Ketika aku bersiap-siap untuk tidur, gadis itu keluar dari kamar mandi dengan dibalut sebuah handuk tipis.
Aku hanya diam tak menoleh padanya. Memberi waktu agar dia mengganti pakaian. Selang beberapa menit aku mendengar dia bertanya padaku. "Mm, anda ... kenapa anda tidur di sofa?"
Aku melirik dan menemukan dia sudah memakai pakaian. "Aku tahu kau tak menginginkan pernikahan ini begitu juga aku jadi aku memutuskan aku untuk tidur saja di sofa."
"Ah Tuan, sebaiknya anda tidur saja di ranjang biar aku saja yang tidur di sofa. Anda..."
"Kau seorang wanita, tak pantas untuk tidur di sofa." Kulihat tampang terkejut darinya.
"Kau pikir aku orang kaya yang merendahkan wanita hanya karena dia berasal dari kalangan bawah ya? Maaf, itu bukan diriku." Aku mengkerutkan dahi bingung saat melihat ekspresi yang berbeda dari Wenda.
Sulit sekali mendeskripsikan pandangan mata Wenda yang terarah padaku. "Oh iya, ada dokumen yang aku taruh di ranjang, itu adalah dokumen pernikahan kita." kataku lagi sambil melirik pada sebuah map yang berada di atas ranjang.
"Ditulis di dokumen itu bahwa kita akan menjalani pernikahan kita selama enam bulan dan setelah enam bulan kita akan bercerai. Kalau kau masih kurang jelas baca saja dokumen itu." Penuturanku hanya dibalas dengan anggukan oleh Wenda.
Aku membaringkan tubuhku di sofa dan melihat pada Wenda yang kini membaca dengan seksama dokumen itu. Ah, apa aku akan bahagia dengan gadis yang sama sekali tak kukenal dalam sebuah pernikahan yang tak kuinginkan ini?

End of Axton POV

Jam menunjukan pukul 23.00, setelah membubuhkan tanda tangan di dokumen itu kedua matanya memandang Axton-pria yang dinikahinya beberapa jam yang lalu, tengah tertidur dengan lelap.
Wenda tersenyum saat mengingat Axton begitu menghormatinya sebagai wanita. Dia mendekati pria itu dan memperbaiki selimutnya. "Terima kasih ya sudah memperlakukanku dengan baik." ucap Wenda pelan sambil tersenyum.

2. Terlalu Mewah
Wenda terbangun dari tidurnya, dia berangsur duduk dan melihat sekitaran. Keduanya matanya tertuju pada sofa tempat di mana suaminya tertidur tapi tak menemukan pria berusia 20 tahunan tersebut.
Bingung? sudah pasti. Kemana dia sepagi ini? Lalu kenapa dia tak membangunkan Wenda? Wenda sekarang adalah istrinya, Wenda berkewajiban untuk melayaninya.
Matanya melihat pada jam alarm di samping yang menunjukan pukul 05.00. Dia melakukan sedikit perenggangan dan merapikan tempat tidur lalu mandi.
Ketika dia masuk mandi, Axton datang dari olahraga paginya. Pria itu mengeringkan peluh di dahi menggunakan handuk kecil yang melingkar di sekitaran leher.
Axton sebenarnya ingin membangunkan Wenda agar berolahraga bersama, tapi melihat Wenda sangat terlelap tidur dia mengurungkan niatnya dan berjogging sendirian.
Melihat kamar yang ditempatinya sudah rapi menandakan bahwa Wenda sudah bangun. Lantas kemana dia? Ah, sudahlah otak Axton tak ingin berpikir sekarang. Dia sudah lelah karena menggerakkan semua ototnya dan perlu mandi.
Axton mengambil handuknya dan membuka pintu kamar mandi. Begitu dia mengangkat wajahnya, kedua mata Axton bertemu dengan sepasang mata Wenda.
Mata Axton melebar begitu tersadar sementara wajah Wenda sukses merona. Secepatnya Axton menutup pintu. Dia bersandar di pintu kamar mandi dengan wajah merah padam.
"Aduh Axton, kau bodoh sekali kenapa kau tak berpikir kalau dia ada di kamar mandi." rutuk Axton pada diri sendiri.
"We-Wenda," Wenda terkejut saat Axton memanggilnya dari luar.
"Y-ya," jawab Wenda gugup.
"A, aku minta maaf tapi sungguh aku tak sengaja. Aku pikir kau tak ada." sahut Axton sama gugupnya. Wenda hanya diam saja berusaha tak mengingat kejadian memalukan tadi.
Beberapa menit kemudian, Wenda keluar. Begitu matanya bertimbung dengan mata Axton yang duduk di sofa, dia membuang mukanya yang sontak tersipu malu.
"Wenda," Wenda kembali memandang Axton yang berdiri. Axton berusaha setenang mungkin, walau dia masih merasa bersalah dan malu karena insiden tersebut.
"Setelah aku selesai mandi, aku mau kau mengambil barang-barangmu di tempat tinggalmu kita akan pulang ke rumah." Wenda mengangguk pasrah.

Wenda mengemas semua barang-barang yang tertinggal dan pamit pada teman-temannya. Selain itu, dia permisi akan pergi pada atasan.
Setelah itu, Wenda dan Axton menuju bandara. Keduanya disambut dengan baik oleh seorang pria, "Silakan lewat di sini Tuan Denzel." ucap pria itu.
Wenda berusaha menyamai langkahnya yang sesekali tertinggal. Wanita itu terus sibuk dengan hal tersebut sampai tak tahu bahwa dirinya sudah berada dekat dengan jalan masuk ke pesawat.
"Wenda, masuklah lebih dulu aku akan menyusulmu." Wenda patuh dan masuk terlebih dahulu. Seorang pramugari menyapanya dan memberi kartu tiket.
"Silakan ikuti saya." Wenda mengikuti si pramugari melintasi penumpang kelas ekonomi dan bisnis. Keduanya sampai di sebuah ruangan VVIP.
Wenda nampak kagum melihat ruangan itu. Sungguh dia tak pernah berpikir bahwa di pesawat itu ada ruangan semewah ini.
"Silakan duduk Nyonya dan nikmati perjalanan anda."
"Terima kasih!" ucap Wenda lalu duduk di sebuah tempat yang tersedia dekat dengan jendela. Salah seorang pramugari menatap Wenda dengan pandangan meremehkan.
Kenapa bisa ada seorang wanita yang penampilannya sangat tak berkelas bisa masuk ke ruangan VVIP? Dilihat dari mana pun, wanita ini sama sekali tak menarik. Dia bahkan tak pantas untuk disamai dengan wanita murahan yang pernah berada di ruangan itu.
"Kenapa anda melihat jijik pada istri saya?" suara berat Axton mengejutkan pramugari tersebut dan yang lebih mengejutkan lagi seorang Axton Denzel mengatakan istri?
Wanita yang tak menarik itu adalah istri Axton Denzel? Menikah dengan wanita yang tak punya selera bagus? Beruntung sekali si wanita. "Ma-maafkan saya Tuan, saya pikir..."
"Jika anda sekali lagi memandang istri saya seperti itu, saya tak akan segan melaporkanmu pada atasanmu. Apa kau mau hal itu terjadi?"
"Tidak Tuan."
"Kalau begitu jaga matamu." ucap Axton dengan nada dingin. Pria itu berjalan mendekati Wenda yang asyik memandang di jendela.
"Apa kau suka?" Wenda menoleh pada Axton sebelum akhirnya mengangguk.
"Aku suka dengan tempat ini, nyaman sekali. Hanya saja ini terlalu mewah untukku. Aku belum pernah masuk ke ruangan seperti ini." ungkap Wenda jujur.
"Kalau begitu biasakanlah, selama 6 bulan kau adalah Nyonya Denzel dan semua kemewahan ini bisa kau nikmati sepuasnya." sahut Axton.
Wenda hanya membalas dengan senyuman manis pada Axton yang mau tak mau membuat Axton tersenyum membalas senyuman Wenda.

Top 2 Ad Creative of Bookmate

Ad Details :

Headline :🔥Unduh GeckoVPN dan baca teks lengkap "Sepenggal Kisah Gama"➡️

Text :Bookmate – Reading Completes Me. Bookmate is a dreamy community for readers and writers providing captivating, serialized online fiction. It is a reading platform where readers can immerses themselves into the latest fascinating stories anywhere anytime; a dream land where upcoming authors can ful...

Top 3 Ad Creative of Bookmate

Ad Details :

Headline :🔥Unduh GeckoVPN dan baca teks lengkap "Sepenggal Kisah Gama"➡️

Text :Bookmate – Reading Completes Me. Bookmate is a dreamy community for readers and writers providing captivating, serialized online fiction. It is a reading platform where readers can immerses themselves into the latest fascinating stories anywhere anytime; a dream land where upcoming authors can ful...

Basic Info of Top 3 Ad Creative

  1st 2nd 3rd
Duration 35 32 48
Popularity 174 158 129
Dimensions 564 x 564 600 x 600 600 x 600
Creative Type Image Image Image
Network Facebook Facebook Facebook
Related Ads 1 1 3
Countries Indonesia Indonesia Indonesia
Language Indonesian NA English

Through the above analysis, we can see that the most effective channel for Bookmate in recent advertising is Facebook, and the main creative type is Image.

In conclusion: The above is a free Bookmate's competitive intelligence analysis report. To do a good job of advertising, long-term accumulation is required. we need to constantly check the latest trends and competitive intelligence data. With the use of competitive intelligence tools like SocialPeta, Guangdada(Chinese version of SocialPeta), we can improve our ROI, and make competitor‘s fans ours. I hope that this ad creative analysis report will allow you to gain more.

If you want to check the relevant intelligence analysis of other apps similar to Bookmate, you can click the app name below to view related reports, or you can find more info in ASOTools.